Rabu, 19 Desember 2012

Analisis Puisi Karya Teman (Tukar Puisi)


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra di dalamnya banyak menggunakan majas dan bahasa yang kelihatan  asing  terutama bagi seseorang yang tidak begitu mengenal sastra. Puisi bersifat komplek karena merupakan susunan keseluruhan yang utuh yang bagian-bagian dan unsur-unsurnya saling berkaitan erat dan saling menentukan makna. Di dalam isi sebuah puisi mengandung beberapa makna, dan bagi pembaca yang satu dengan pembaca yang lain akan berbeda dalam memaknai sebuah puisi.
Oleh karena itu disini kami akan memahami makna puisi dengan cara menganalisis isi dari sebuah puisi. Menganalisis puisi merupakan usaha menangkap dan memberi makna kepada isi puisi, hal ini mengingat bahwa karya sastra puisi ini merupakan system tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan media bahasa sebagai media pengantar isi nya.
Untuk menganalisis puisi, disini kami akan menganalisis puisi berdasarkan unsur-unsur intrinsiknya dari puisi yang berjudul “Berkunjung dari bibir ke bibir”, kami memilih puisi tersebut karena menurut kami di dalam isi puisi ini mengandung banyak makna yang harus dikaji.
Semoga dengan selesainya makalah ini, akan bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi pembaca, untuk lebih memahami tentang analisis sebuah puisi. Kami menyadari setiap manusia tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penting untuk makalah ini.


B.       Rumusan Masalah
1.    Landasan Teoristis 
a.       Jelaskan pengertian menggunjing?
b.      Apa akibat dari menggunjing?
2.    Pembahasan
a.       Bagaimana analis dari puisi “Berkunjung dari bibir ke bibir”?

C.      Tujuan
1.    Landasan teoristis
a.       Untuk mengetahui pengertian menggunjing.
b.      Untuk mengetahui akibat-akibat dari menggunjing.
2.     Pembahasan
a.       Untuk menganalisis unsur-unsur instrinsik yang terdapat dalam puisi “Berkunjung dari bibir ke bibir”

D.  Kegunaan
1.      Bagi penyusun
a.       Dapat lebih memahami makna dari sebuah puisi, khususnya dalam puisi yang berjudul “Berkunjung dari bibir ke bibir”
b.      Dapat menerapkan nilai dan makna yang terkandung dalam puisi dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Bagi pembaca
a.       Dapat menambah ilmu tentang analisis suatu puisi
b.      Dapat dijadikan suatu referensi untuk penulisan karya-karya yang lain.

E.  Prosedur
1.      Mencari dan menentukan puisi yang akan dianalisis.
2.      Menentukan tema dari puisi “Berkunjung dari bibir ke bibir”.
3.      Mengkaji landasan teoristis dari puisi “Berkunjung dari bibir ke bibir”.
4.      Menentukan unsur-unsur instrinsik dalam puisi “Berkunjung dari bibir ke bibir”
5.      Menganalisis puisi “Berkunjung dari bibir ke bibir” dari segi unsur-unsur instrinsiknya.
6.      Menyimpulkan hasil keseluruhan dari analisis puisi “Berkunjung dari bibir ke bibir”.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1.    Pengertian menggunjing
Menggunjing adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka . Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok. Dalam kitab Al-Qur’an sebagai berikut:Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al Hujuraat : 11).
Ada 6 (enam) perkara yang tidak mengharamkan bergunjing yaitu :
1. Dalam rangka kezaliman agar supaya dapat dibela oleh seseorang yang mampu menghilangkan kezaliman itu.
2. Jika dijadikan bahan untuk merubah sesuatu kemungkaran dengan menyebut-nyebut kejelekan seseorang kepada Penguasa yang mampu mengadakan tindakan perbaikan.
3. Di dalam Mahkamah, seorang yang mengajukan perkara boleh melaporkan kepada Mufti atau Hakim bahwa ia telah dianiaya oleh seorang Penguasa yang (sebenarnya) mampu mengadakan tindakan perbaikan.
4. Memberi peringatan kepada kaum muslimin tentang suatu kejahatan atau bahaya yang mungkin akan mengenai seseorang, misalnya menuduh saksi-saksi tidak adil, atau memperingatkan seseorang yang akan melangsungkan pernikahan bahwa calon pengantinnya adalah seorang yang mempunyai cacat budi pekertinya atau mempunyai penyakit yang menular.
5. Bila orang yang diumpat itu terang-terangan melakukan dosa di muka umum.
2.      Akibat Menggunjing
Menggunjing Menyebarkan Kebencian
Menggunjing hukumnya haram dan termasuk berdosa besar, baik aib yang digunjingkan itu benar-benar ada pada diri seseorang maupun tidak ada. Hal ini berdasarkan ketetapan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa ketika beliau ditanya tentang menggunjing beliau bersabda,
Engkau membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang ia tidak suka (bila hal itu dibicarakan).
Ada yang bertanya, “Bagaimana bila yang aku katakan itu memang benar ada pada saudaraku?” Beluau menjawab,
Jika memang benar bahwa yang kau katakan itu ada padanya, berarti engkau telah menggunjingnya, dan jika itu tidak ada padanya, berarti engkau telah berdusta tentangnya (fitnah pen.).
Diriwayatkan pula dari beliau, bahwa pada malam Isra’ beliau melihat suatu kaum dengan kuku-kuku yang terbuat dari kuningan, mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka dengan kuku-kuku tersebut, lalu beliau menanyakan tentang mereka, kemudian dijawab bahwa mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan merusak kehormatan sesama manusia. Allah telah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمُُ وَلاَتَجَسَّسُوا وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Maka setiap muslim dan muslimah hendaknya waspada terhadap gunjingan dan saling menasihati untuk meninggalkannya. Hal ini sebagai bentuk ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Lain dari itu hendaknya pula berambisi untuk menutupi aib saudaranya sesama muslim dan tidak menyingkapkan aib mereka, karena gunjingan itu termasuk faktor kebencian, permusuhan, dan perpecahan masyarakat. Semoga Allah menunjukkan kaum muslimin kepada kebaikan.

B. Pembahasan
“BERKUNJUNG DARI BIBIR KE BIBIR”

Cup cik cek…….Cup cik cek……….Cup cik cek………
Cup cik cek…….Cup cik cek……….Cup cik cek………
Itulah suara yang keluar dari bibirnya
Berita acara pun dimulai
Kau ta’ lelah berjalan membawa sebongkah kata
Kau letakkan setiap isinya di halaman pemiliknya
Berisi madu dan tinta
Kau suguhkan aib-aib insan
Kau buka lebar-lebar
Kemudian bibir yang lain menjawab :
Benar….Benar…..Benar itu…..!!!
Sedang mereka ta’ tahu
Suara hatimu saja bagaikan campuran nanah dan darah
Yang siap keluar dari kerongkonganmu


Analisis Teori Menggunakan Teori Structural
1. Sruktur Batin
            a. Tema merupakan pokok yang dikemukakan oleh penyair . ungkapan tersebut menindikasikan bahwa tema merupakan pokok pikiran dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema ( umumnya satu ) yang melingkupi keseluruhan puisi oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh, tema didalam puisi “ Berkunjung dari bibir ke bibir “ yaitu tema social karena menceritakan kehidupan social penyair yang mengungapkan tentang mengunjung.
            b. Perasaan adalah suasana hati penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Di dalam puisi tersebut perasaan sang penyair sangat gembira dalam menyampaikan isu ke orang lain. Dan tidak memerdulikan perasaan orang yang digunjing.
            c. Nada dan suasana, nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadap pembaca. Nada di dalam puisi tersebut menurut penulis adalah semangat menggebu-gebu. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca. Pada puisi tersebut, penyair memberikan kepada pembaca tentang suasana yang sangat kuat dan tidak memikirkan perasaan yang membuat orang sakit hati.
            d. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam puisinya. Dalam puisi tersebut, amanatnya adalah larangan untuk saling menggunjing.

2. Struktur Lahir (Metode Puisi)
            a. Diksi (pemilihan kata)
                        Dalam memilih kata-kata yang ditulis harus mempertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Pada puisi tersebut, pemilihan katanya tidak mudah dimengerti maknanya dan tidak beraturan, artinya kurang sesuai dengan struktur kata pada umumnya.
Misalnya : kata ta’ yang seharusnya tak.
            b. Pencitraan (pengimajian)
                        Pencitraan (pengimajian) adalah susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Misalnya : Cup cik cek…….Cup cik cek……….Cup cik cek……… (imaji auditif/ pendengaran)
            c. Kata konkret
                        Untuk membangkitkan imaji atau daya bayang,  maka kata-kata harus diperkongkret. Maksudnya ialah mengarah kepada arti yang jelas.
            d. Rima dan Ritma
                        Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas. Sedangkan, ritma sangat berhubungan dengan bunyi atau pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat.
            e. Majas (gaya bahasa)
                        Majas (gaya bahasa) adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu. adalah :
1. Eufimisme : pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
            Misal : Suara hatimu saja bagaikan campuran nanah dan darah

2. Personifikasi : pengungkapan dengan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
            Misal : BERKUNJUNG DARI BIBIR KE BIBIR

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Setelah menganalisis puisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi ini berisikan tentang larangan untuk saling menggunjing, agar tidak menimbulkan orang lain sakit hati .
B. Saran
            Sebaiknya, analisis puisi tetap dipertahankan, dengan maksud sebagai bentuk apresiasi terhadap hasil karya para sastrawan.
 
DAFTAR PUSTAKA

www.id.wikipedia.org/wiki/majas di posting pada 21 November 2012.

simungilberkreasi.blogspot.com/2012/10/analisis-puisi-kesabaran-karya-chairil.html

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Winda's home